Aku dan Cahaya Al-Qur’an

Aku dan Cahaya Al-Qur’an

Aku dan Cahaya Al-Qur’an
Aku dan Cahaya Al-Qur’an

Aku dan Cahaya Al-Qur’an

(Sebuah Kisah dari Izzah Aulia)

Perkenalkan namaku Izza lengkapnya Izzah Aulia. keseharianku menjadi seorang santriwati di PPTQ  Bina Amal (SMIT Bina Amal). Dulu aku memiliki hobi menyanyi. Di sela-sela aktifitasku sekolah dan belajar aku habiskan waktuku untuk menyanyi. Allah telah menganugerahkan suara yang indah merdu sehingga Ketika aku bernyanyi para pendengar begitu terpukau. Seiring berjalannya waktu,aku tersadar kalau apa yang aku lakukan lebih banyak untuk mengejar popularitas duniawi semata.

Kegundahanku itu mendapat respon positif dari kedua orang tuaku. Orang tua mendukung penuh langkahku untuk meninggalkan dunia Tarik suara dan mengalihkan aktifitasku dengan belajar membaca dan menghafal A-Qur’an. Saat aku lulus SD IT Bina Amal Alhamdulillah Allah amanahkan ke aku hafalan Al-Qur’an sebanyak tiga Juz. Setelah lulus SD, aku lanjut ke SMPIT Bina Amal yang mana di sana juga ada program Tahassus. Lingkungan Bina Amal memang bukan sesuatu yang baru bagiku. Bedanya, di jenjang SMP ini aku hidup di asrama. Bertemu dengan berbagai teman dari latar belakang yang berbeda. Termasuk orientasinya pun juga berbeda-beda.

Di lingkungan pondok ini aku mengalami perubahan yang cukup signifikan khususnya capaian hafalanku. Ya, Alhamdulillah sampai tahun ke dua ini (kelas delapan) sebanyak dua puluh tiga juz berhasil aku hafalkan. Semoga Allah mudahkan aku dalam menjaga dan menambah sehingga pasca dari Bina Amal aku dapat menjadi Hafidzoh. Aamiin!!! Pencapaianku ini tidak lepas dari do’a kedua orang tua, Ummi Tatik selaku pembimbingku Ketika setoran dqan murajaah. Tidak lupa juga Ustadz/ah ku selama di SD IT Bina Amal yang begitu ikhlas dan sabar membersamaiku dalam belajar.

Mungkin ada yang bertanya bagaimana perjalananku selama kurang lebih dua tahun di Pondok Pesantren Tahfidz Al Qur’an Bina Amal? Aku akan sedikit berbagi untuk teman-teman seusia dan adik-adikku. Semua itu berawal dari sebuah cerita dari salah satu guru bahwa Allah menjanjikan kepada Hamba-Nya (khususnya kepada anak-anak). Janji manis itu adalah Allah akan memberikan jubah kemuliaan dan Mahkota di Syurga untuk orang tua kita apa bila kita berhasil menghafal tiga puluh juz Al-Qur’an. Dengan janji itu aku terdorong untuk memberikan hadiah terbaik untuk kedua orang tuaku.

Disaat kelas tujuh, Alhamdulillah atas izin Allah aku dapat menyelesaikan hafalan rat-rata satu sampai 2 juz. Salah satu ikhtiarku adalah dengan mengurangi waktu bermain. Ketika di kelas aku berusaha menggunakan waktu senggang untuk tilawah, murojaah dan menambah hafalan. Dengan kebiasaan aku ini efek positifnya adalah teman-temanku juga mengikuti kebiasaanku itu. Saat di jam asrama, aku menghabiskan waktuku di masjid untuk menambah dan menambah hafalan. Aku bukannya tidak ada ujian. Di saat tertentu aku juga mengalami kesulitan dalam menghafal dan membuat aku putus asa, menangis dan sedih.

Di saat seperti itu aku curhat ke Allah di sujud malamku dan minta nasehat dari Ustadzah yang ada di Asrama. Alhamdulillah siklus itu bisa aku lalui. Do’aku semoga aku istiqomah dalam menghafal dan menjaganya dan yang terpenting bisa memberi dampak baik untuk teman-temanku, keluargaku dan orang-orang disekitarku. Pesanku kepada adik-adik dan semua orang yang membaca cerita singkat ini, ayo Bersama-sama menjadi penjaga Al-Quran yang mulia ini. Jangan mudah putus asa. Semoga Allah memudahkan impian dan cita-cita kita semua dibawah naungan Al-Qur’an  

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *