AL-BÂ’ITS Allah Yang Maha Membangkitkan
“Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. Dan engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Al-Jätsiyah, 45: 27-28)
Ady bin Abi Rabi’ah, seorang pentolan kafir Quraisy, pernah meminta Rasulullah untuk menjelaskan tentang Hari Kiamat. Dengan senang hati, beliau pun memenuhi permintaan tersebut. Namun, setelah Rasulullah selesai bicara, Ady bin Abi Rabi’ah langsung berkomentar dengan nada menghina, “Seandainya aku menyaksikan hari itu, niscaya aku tidak akan percaya. Apakah mungkin Allah akan menghimpun kembali tulang-belulang orang-orang yang sudah mati?”
Penyangkalan Rabi’ah ini dijawab langsung oleh Allah Ta’ala dengan turunnya surah Al-Qiyamah, 75:3-4, “Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.”
Jari jemari manusia termasuk anggota badan yang paling sulit direkonstruksi. Susunannya teramat unik dan kompleks. Jari jemari manusia pun, Allah hiasi ujung-ujungnya dengan kuku-kuku yang indah dan lembut. Kuku bukanlah hiasan sepele yang tidak memiliki kegunaan. Permukaan kasar pada ujung jari dan kuku membantu kita memungut benda kecil. Kuku pun memiliki peranan penting dalam mengatur tekanan amat lemah yang dikerahkan jari pada benda yang dipegangnya. Bisakah kita memungut sehelai benang di lantai jika tangan jari-jemari kita tidak berkuku?
Selain memiliki susunan tulang yang sangat kompleks serta kuku-kuku yang indah, jari-jari tangan pun memiliki kulit yang beda dengan kulit-kulit tubuh lainnya. Kita sering menyebutnya sebagai “sidik jari”. Penekanan pada sidik jari mempunyai arti khusus. Sidik jari manusia sangat unik, karena antara satu orang dengan orang lainnya memiliki perbedaan. Tidak ada sidik jari yang sama. Itulah sebabnya sidik jari dijadikan sebagai bukti identitas yang sangat pribadi, termasuk menentukan pelaku kriminal, identifikasi orang hilang, serta melacak jejak-jejak manusia. Jika ditelusuri, keunikan sidik jari akan membawa kita pada pemetaan gen manusia yang masih misterius.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyebut jari jemari sebagai pemisalan. Dia seakan ingin menegaskan kepada orang-orang kafir, jangankan “sekadar” membangkitkan dan menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati, merekonstruksi bagian tubuh yang paling sulit pun sangat mudah bagi-Nya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Zat Yang Mahakuasa. Kun fayâkun. Jika Allah berkata “jadi”, maka “jadilah”!
Memaknai Asma’ Allah Al-Bâ’its
Saudaraku, pemahaman akan hal ini akan membawa kita untuk mengenal salah satu nama Allah dalam Asmaul Husna, yaitu Al-Bâ’its atau Allah Yang Maha Membangkitkan. Menurut para mufassir, kata Al-Bâ’its tidak terdapat dalam Al-Quran, baik itu sebagai sifat-Nya maupun sifat selainNya. Yang ditemukan dalam Al-Quran adalah rangkaian tiga huruf yang menyusun kata Al-Bâ’its dalam berbagai bentuk dengan Allah sebagai pelakunya, seperti membangkitkan manusia dari kubur, mengutus para rasul, kedatangan Hari Kiamat, menjatuhkan sanksi (sehingga orang-orang bangkit dari tempat duduknya untuk menyelamatkan diri), dan sebagainya.
Maka, ada banyak penafsiran dari para ulama tentang Al Bâ’its ini, Ada yang mengaitkannya dengan bangkitnya lintasan-lintasan hati dari ketersembunyian. Ada pula yang mengaitkannya dengan kuasa Allah dalam membangkitkan manusia pada Hari Kiamat. Semua pendapat itu benar adanya karena sesuai dengan kuasa dan ilmu-Nya Allah Azza wa Jalla.
Bahkan, proses membangkitkan tidak hanya terjadi pada dimensi hati, berupa bangkitnya lintasan-lintasan hati dari alam ketersembunyian atau dibangkitkannya manusia pada Hari Kiamat. Proses kebangkitan terjadi pula dalam tubuh kita setiap detiknya. Sesungguhnya, tubuh kita yang sekarang bukanlah tubuh kita yang kemarin. Tubuh kita yang kemarin pun bukan tubuh kita yang seminggu, dua minggu, sebulan, atau setahuan kebelakang. Tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang benar-benar baru. Setiap saat terjadi proses regenerasi jutaan sel. Menurut penelitian para ahli, ada yang namanya proses apoptosis, yaitu matinya sel-sel penyusun tubuh secara sukarela karena telah habis masa kerjanya. Allah Ta’ala kemudian menggantinya dengan sel-sel baru yang lebih segar. Maka, kita pun mengenalnya adanya proses pertumbuhan, dari bayi menjadi anak-anak, kemudian remaja, dewasa, tua, sampai akhirnya meninggal, yaitu ketika proses regenerasi sel-sel tubuh telah berhenti.
Dengan demikian, dalam 24 jam, Allah Ta’ala mengatur mekanisme kematian dan kebangkitan dalam jumlah yang sangat sulit kita bayangkan, tidak hanya pada manusia yang milyaran jumlahnya, tetapi juga pada binatang, tumbuhan, bahkan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Ada proses daur ulang yang tidak pernah berhenti. Maka, sungguh benar firman Allah bahwa, “… setiap waktu Dia dalam kesibukan” (QS Ar-Rahmân, 55:29) >
Tidak hanya itu, karena kasih sayang-Nya kepada manusia, Allah Ta’ala pun memberikan berbagai sarana untuk membangkitkan harapan, semangat, kebahagiaan, kedamaian, keyakinan diri, dan sifat-sifat positif lainnya dalam diri manusia, setelah sebelumnya sifat-sifat positif tersebut “terlindas” oleh aneka keburukan yang menggerogoti jiwa. Allah Al-Bâ’its menurunkan Al-Quran dan mengutus Rasulullah kabar gembira dan pembangkit asa bagi segenap manusia. ”… Maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, adalah sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan…” (QS Al-Baraqah, 2:213). Juga, “Sesungguhnya, aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada Nya.” (QS Hûd, 11:2). Dengan Al-Quran dan Rasulullah itulah, umat manusia terbangkitkan potensi, jati diri, dan kemuliaan pribadinya.
Spirit Al-Bâ’its: Bersemangat dalam Hidup
Ada banyak nilai positif yang dapat kita teladani dari asma’ Allah AlBà’its ini. Salah satunya dengan menjadi orang yang selalu semangat, tidak mudah berputus asa, bergairah, dan mampu menikmati hidup. Dan ketahuilah saudaraku, semangat dan kemampuan untuk mempertahankan semangat termasuk hal yang sangat mahal dalam hidup. Kita tidak akan pernah meraih apapun yang dalam hidup ini tanpa adanya semangat. Bahkan, kita pantas melupakan kesuksesan kalau kita tidak memiliki semangat.
Rahasia seorang pemimpin, rahasia seorang entrepreneur, dan seorang yang sukses adalah kemampuannya untuk selalu bersemangat dan mampu menularkannya pada orang lain. Dengan semangat yang menggebu, seseorang akan memiliki kemampuan untuk membaca peluang lebih banyak dibanding orang yang tidak bersemangat. Kalau orang sudah bersemangat dalam hidup, dia akan mampu berbuat lebih banyak. Dan, semangat itulah yang bisa menggerakkan. Seseorang rela hujan-hujanan pergi ke pengajian. Apa sebabnya? Dia bersemangat mencari ilmu. Seorang pemuda rela pergi malam-malam ke rumah kekasihnya. Apa sebabnya? Dia bersemangat untuk bertemu dengan si dia. Maka, pertanyaan yang layak kita kemukakan adalah: bagaimana agar kita selalu bersemangat dalam hidup?
Saudaraku, semangat akan tumbuh apabila ada harapan. Setiap ada harapan, di sanalah ada semangat. Kita ambil contoh. Ada seseorang terjebak dalam gua yang gelap. Badannya sudah lemah dan harapannya sudah hampir habis. Ketika itu, dia melihat setitik cahaya dan terpaan semilir angin. Apa yang trejadi pada orang tersebut? Sudah dapat ditebak, semangatnya akan bangkit kembali. Dia menyangka bahwa di sekitarnya pasti ada lubang sehingga dia pun akan berjuang untuk mencari lubang angin dan cahaya tersebut. Termasuk pula dalam bab cinta. Kita akan bersemangat mencintai seseorang, ketika kita memiliki harapan untuk mendapatkannya. Namun, ketika harapan itu hilang, semisal karena si perempuan sudah menikah dengan orang lain, kita pun tidak akan bersemangat lagi untuk mengejarnya.
Dari mana harapan itu datang? Ternyata, harapan tidak timbul dengan sendirinya. Harapan timbul dari input (informasi) yang kita dapatkan. Artinya, orang yang akan selalu bersemangat adalah orang yang memiliki kebiasaan (tradisi) mengumpulkan dan menghimpun informasi. Maka, kalau kita ingin menjadi orang yang sellau bersemangat dalam hidup, maka kita jangan pernah berhenti menghimpun informasi. Berhenti mencari informasi, harapan berkurang, maka semanagat pun pasti berkurang.
Lalu, input atau informasi seperti apa yang harus kita dapatkan? Tentu input yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi standar BAL (benar, akurat, dan lengkap). Sebuah keputusan yang tepat biasanya diawali dengan adanya tradisi pengumpulan informasi yang BAL. Kalau memiliki tradisi ini, kita akan semakin bersemangat dan memiliki peluang besar untuk menghasilkan keputusan yang tepat dalam hidup. Inilah modal yang paling mahal dari seorang yang ingin sukses dalam hidupnya.
Apabila kita menelaah Al-Quran, kata iqra-sebagai kata pertama dari Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah itu maknanya tidak sekadar membaca, tetapi juga menghimpun informasi. Tradisi mengumpulkan informasi dengan demikian sudah diperintahkan Allah Ta’ala sejak jauhjauh hari.
Masalahnya, tradisi menghimpun informasi ini belum menjadi keseharian kita. Hari-hari kita seringkali berlalu begitu saja tanpa nilai kebaikan di dalamnya. Kalaupun ada informasi yang masuk, mekanisme kita sering salah, serampangan, dan tidak dipilah-pilah. Akhirnya, yang timbul adalah semangat emosi bukan semangat solusi. Jadi, kita harus mulai mengubah cara berpikir tentang informasi. Uang yang kita gunakan
untuk menghimpun informasi bukan sebuah pengeluaran, akan tetapi sebuah investasi.
Marilah kita iqra, punya tradisi, punya perangkat, punya uang untuk selalu bergerak berdasarkan informasi yang BAL agar tindakan kita benarbenar akurat. Kalau kaya dengan informasi, otomatis kita akan kaya dengan harapan, kaya dengan semangat, dan tindakan kita akan selalu tepat dan akurat. Pergi ke mana saja kita harus menjadi penghimpun informasi.
Artinya, bercita-cita apapun kita, pertanyaannya, sejauh mana kita gemar terhadap informasi yang BAL? Informasi bisa lewat buku, media cetak, televisi, internet, atau seorang guru. Oleh karena itu, kalau kita berjumpa dengan seseorang, usahakan perjumpaan tersebut bisa menambah input yang positif bagi kita. Peristiwa apapun yang kita lihat dan kita dengar selayaknya mendatangkan input bagi peningkatan kualitas diri. Intinya, dalam kondisi bagaimana pun jadikanlah kita penampung informasi yang BAL. Apabila hal ini mampu kita tanamkan dalam diri, hidup akan terasa lebih mudah dan lebih menyenangkan. Kita pun terhindar dari kejumudan berpikir yang dapat menyebabkan matinya kreativitas.
Spirit Al-Bâ’its: Jadilah Motivator dan Teladan kebaikan
Pemaknaan terhadap asma’ Allah Al-Bå’its, selain melahirkan sikap positif dalam hidup, berupa lahirnya semangat dan keinginan untuk maju, selayaknya dapat pula melahirkan semangat untuk berbagi kebaikan. Kita tidak ingin pintar sendiri, semangat sendiri, atau sukses sendiri. Kita pun ingin agar nilai-nilai kebaikan yang kita miliki bisa ditularkan kepada orang lain. Kita ingin orang lain pun maju. Dengan demikian, pantang bagi kita untuk melecehkan, menjatuhkan semangat, dan mengubur harapan orang-orang yang tengah terpuruk.
Pengenalan terhadap Al-Bâ’its selayaknya menjadi titik balik dalam kehidupan kita. Apabila berstatus sebagai seorang ayah, kita jangan bangga menjadi seorang kepala keluarga kalau tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka. Maka, bertekadiah untuk menjadi ayah yang bertanggung jawab Berusahalah agar anak anak kita tahu siapa Tuhannya dan tahu bagaimana hidup di jalan Tuhannya,
Andaikan kita seorang ibu, bertekadlah untuk menjadi ibu yang baik layaknya Khadijah Walau tubuhnya semakin tua, bahkan lebih tua dari suaminya, akan tetapi cinta Nabi ma kepadanya tidak akan lekang dimakan zaman, selalu dikenang kebaikannya. Begitu anggun dan mulia akhlaknya, begitu cemerlang budi pekertinya Jangan biarkan suami jadi tergelincir karena istri gagal menjadi sumber ketenangan di rumah,
Jadilah sosok ibu yang di sayang anak anak, Jangan biarkan anak lebih betah dengan teman-temannya yang suka memperturutkan nafsu hanya karena kita tidak tahu bagaimana menjadi ibu yang baik, bagaimana mengurus dan membenarkan mereka. Tanggung jawab seorang ibu tidak sekadar melahirkan, tetapi juga membimbing anak-anak selamat dunia akhirat. Oleh karena itu, jadilah ibu yang menjadi teladan dan sumber kebanggaan bagi suami dan anak-anak.
Andai kita berposisi sebagai anak, jadilah anak yang selalu berbuat untuk membahagiakan orangtua. Bagaimana pun kita tidak akan pernah bisa membalas kebaikan mereka. Maka, jadikanlah sisa usia kita, menjadi saat yang paling bersungguh-sungguh dalam memuliakan mereka. Bangkitkanlah harapannya, kebahagiaannya, senyumnya, atau doa-doanya dengan pengabdian yang tulus dari kita kepada mereka.
Andai kita seorang guru, jadilah guru yang mampu menjadi teladan kebaikan bagi para murid. Guru yang disukai bukan yang dibenci. Guru yang mampu membangkitkan semangat anak didiknya untuk menjadi lebih baik.
Ingatlah saudaraku, kemuliaan di sisi Allah bukan dari apa yang kita miliki, akan tetapi dari nilai manfaat yang kita berikan kepada orang lain. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Tidak ada amal yang kecil di hadapan Allah. Maka, selagi ada waktu, muliakanlah orang-orang di sekitar kita. Berbuat baiklah selalu; kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun, sehingga kita puas berbuat kebaikan tatkala pulang menghadap Allah. Ingatlah, kita tidak akan pulang membawa harta yang kita miliki. Kita akan pulang hanya dengan membawa amal-amal yang telah kita lakukan.
Mutiara Kisah
Seorang hamba dari Al-Bå’its akan sangat menyakini bahwa dia kelak akan mati setelah hidupnya, untuk kemudian Allah Al-Bâ’its – dengan kesempurnaan kuasa-Nya – akan membangkitkannya kembali di akhirat. Keyakinan ini begitu kuat mengakar sehingga mempengaruhi seluruh gerak langkahnya.
Kita dapat belajar dari sosok Utsman bin Affan, salah seorang sahabat terkemuka Rasulullah . Harta kekayaan, nama besar, kekuasaan, dan nasab yang tinggi tidak membuatnya lalai dari mengingat Allah. Justru, semua itu dia gunakan untuk berkhidmat kepada Allah. Ingatannya akan Hari Kebangkitan telah menguras air matanya, membungkukkan punggungnya, dan menghilangkan nafsunya terhadap dunia. Maka, di akhir kehidupannya, salah satu wasiat yang dia sampaikan adalah tentang keniscayaan hari yang kedatangannya amat ditakutkan tersebut.
Al-‘Ala bin Fadhl mengisahkan dari ayahnya bahwa ketika Khalifah Utsman bin Affan terbunuh, para pembunuhnya memeriksa lemari yang ada di tempat Utsman. Di dalam lemari itu mereka mendapati sebuah kotak kecil yang terkunci. Setelah mereka membukanya, di dalamnya terdapat selembar kertas yang bertuliskan: m
INI ADALAH WASIAT UTSMAN
Bismillahi Ar-Rahmân Ar-Rahîm
“Utsman bin Affan bersaksi bahwa tiada Ilah yang wajib disembah selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan, bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Surga itu benar adanya dan neraka pun benar adanya. Sesungguhnya, Allah akan membangkitkan manusia dari dalam kubur di hari yang tidak diragukan lagi dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Di atasnya manusia hidup dan di atasnya manusia mati, dan di atasnya pula manusia akan dibangkitkan kembali. Insya Allah. (Ibnu Katsir, Al Bidaval wan? Nihavah: Masa Khulafaur Rasyidin, hlm. 333) * *
Tips Meneladani Al-Bâ’its
- Meyakini bahwa Allah Mahakuasa untuk membangkitkan manusia setelah kematiannya. Hal ini akan membuat keyakinan kita terhadap hari Kebangkitan menjadi semakin kuat.
- Keyakinan akan adanya hari Kebangkitan akan membuat kita bersungguh-sungguh dalam beramal saleh, dalam bertawakal, dan dalam memohon perlindungan kepada-Nya.
- Jadilah orang yang optimis, penuh semangat, dan positif dalam menghadapi hidup, lalu tularkanlah nilai-nilai positif tersebut kepada orang-orang di sekitar kita.
- Berteman dan bergaullah dengan orang yang bisa memberi insiprasi, semangat, teladan, dan pencerahan untuk kebaikan hidup kita. Jadilah teladan kebaikan, terlebih bagi keluarga kita. .
Mutiara Doa
Allâhumma qinî ‘iqâbaka yauma tabatsu ‘ibâdaka.
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari (ketika) Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.”
Keterangan:
Rasulullah apabila ingin tidur, beliau meletakkan tangannya yang kanan di bawah pipinya, kemudian membaca (doa ini). (HR Abu Daud, At-Tirmidzi)
Percikan Hikmah
Hatim Al-Asham berkata, “Siapa yang qalbunya tidak pernah mengingat empat kengerian ini, berarti dia termasuk orang yang tepedaya dan tidak aman dari kecelakaan.
Saat Yaumul Mitsaq, yaitu hari diambilnya perjanjian terhadap ruh manusia, ketika Allah ile berfirman, „Mereka di surga dan Ak tidak peduli, sedangkan (yang lain) di neraka dan Aku tidak peduli”, dia tidak tahu dirinya termasuk golongan mana.
Saat dia diciptakan dalam tiga kegelapan (di alam rahim), ketika malaikat diseru (untuk mencatat) kebahagiaan atau kesengsaraan (seseorang), dia tidak tahu apakah dirinya termasuk orang yang sengsara atau bahagia.
Hari ditampakannya amalan (kala sakaratul maut), dia tidak tahu, apakah akan mendapat kabar gembira dengan keridhaan Allah ataukah kemurkaan-Nya. .
Hari ketika manusia dibangkitkan dalam keadaan berbeda-beda, dia tidak tahu jalan mana yang akan ditempuh di antara dua jalan (apakah jalan ke surga ataukah ke neraka)” Yayasan Bina Amal Semarang