AL-HAFIZH
Yang Maha Menjaga lagi Maha Memelihara
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau minta tolong, mintalah pertolongan kepada Allah…”
(HR At-Tirmidzi)
ebersihan adalah syarat keindahan. Sebagus apapun suatu barang, akan hilang keindahannya apabila tidak bersih. Secantik apapun wajah, kalau tidak bersih, pasti hilang pula keindahannya. Jadi, keindahan terkait erat dengan kebersihan.
Keindahan pun terkait pula dengan pemeliharaan. Sebab, indah saat ini belum tentu indah di kemudian hari. Kulit yang halus, mulus, dan bersih, akan hilang keindahannya apabila tidak dipelihara. Demikian pula rambut yang hitam berombak, akan hilang keindahannya apabila tidak dirawat. Motor yang bagus tidak akan berumur panjang, apabila tidak dipelihara dan dirawat dengan baik.
Oleh karena itu, memelihara adalah perbuatan yang akan memperindah. Memelihara adalah perbuatan yang akan mendekatkan kita dengan Allah. Betapa tidak, Allah adalah Zat Yang Mahaindah dan sangat mencintai keindahan.
Salah satu nama Allah dalam Asma’ul Husna adalah Al-Hafizh; Allah yang Maha Pemelihara. Kata Al-Hafizh terambil dari tiga akar kata yang terdiri dari tiga huruf yang bermakna “memelihara” dan “mengawasi”. Dari makna ini lahir makna “menghapal”, karena yang menghapal memelihara dengan baik ingatannya. Hafidz Quran adalah orang yang memelihara Al-Quran dengan menghapalnya. Al-Hafizh bermakna pula “tidak lengah” karena sikap ini mengantarkan keterpeliharaan dan menjaga” Penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan pengawasan.
Allah Ta’ala adalah Zat yang tidak pernah lengah terhadap semua cintaan-Nya. Apapun yang Dia ciptakan, pasti akan diurus, dirawat, dan dijaga kelestariannya. Tidak heran apabila alam ini begitu indah dan mempesona karena Allah Ta’ala memeliharanya. Demikian pula planet dan tata surya selalu berada dalam keseimbangan, kesempurnaan, dan tidak ada cela sedikit pun, karena Allah menjaga dan memelihara semuanya. Demikian pula manusia, ada dalam penjagaan dan pemeliharaan Allah. Tidak terbayang kalau kita harus merawat diri kita seluruhnya; kita tidak akan mampu.
Allah Maha Memelihara makhluk-Nya, dari yang terkecil sampai yang terbesar, yang di darat maupun di laut. Bagaimana caranya? Dengan sunatullâh. Ambil contoh cumi-cumi, dia di bekali dengan tinta untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Ular dijaga dengan memiliki bisa atau lilitan yang kuat. Penyu dipelihara dengan memiliki tempurung. Sebagian besar burung bisa eksis dan hidup layak karena dibekali dengan sayap. Bahkan, dengan pemeliharaan Allah, cacing yang lemah pun masih bisa hidup layak dan memberi kontribusi positif walau berada di dalam tanah. Begitulah saudaraku, semua makhluk ada pemeliharaan dan penjagaannya. Tiada yang bisa melakukannya selain Allah Al-Hafizh.
Bagaimana dengan manusia? Secara fisik, kita diberikan kemampuan, secara akal diberikan kecerdasan. Akan tetapi, karunia iman adalah pemeliharaan termahal yang pernah Allah Azza wa Jalla berikan. Dengan iman, kita bisa terpelihara dunia akhirat. Maka, kalau kita ingin melihat orang yang benar-benar dipelihara Allah, kita bisa melihat apakah dia punya iman atau tidak. Sehebat dan secerdas apapun manusia, kalau tidak punya iman, tidak ada jaminan dia selamat sampai akhirat.
Spirit Al-Hafizh: Menjaga dan Merawat Karunia Ilahi
Saudaraku, ada amanah perawatan yang dibebankan Allah Ta’ala kepada kita. Amanah ini sangat layak untuk kita jaga dan kita gunakan sebaikbaiknya. Sesungguhnya, keterampilan kita dalam mensyukurinya akan membawa kebaikan dan kebahagiaan. Namun sebaliknya, ketidakcakapan kita dalam menjaganya akan membawa aneka masalah dalam hidup. Maka, jangan salahkan siapa pun apabila kita tidak bisa menikmati hidup, andaikata hidup tidak nyaman, tidak indah, dan didera banyak masalah. Sebabnya, boleh jadi, kita mengabaikan amanah-amanah yang telah Allah berikan kepada kita.
Apa amanah yang Allah Ta’ala berikan kepada kita? Banyak! Apa yang kita miliki atau hadir dalam hidup, semua adalah sebentuk amanah dariNya: harta, pangkat jabatan, nama baik, hubungan persahabatan, baju yang melekat di badan, sampai tubuh dan kehidupan itu sendiri, hakikatnya adalah amanah dari-Nya. Dari kesemua amanah tersebut, setidaknya ada tiga hal utama yang patut untuk diperhatikan dan diprioritaskan penjagaan dan perawatannya.
Pertama adalah tubuh atau fisik kita. Tubuh ini cakupannya sangat luas, mulai dari pancaindra, sistem pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan beragam sistem tubuh lainnya. Tentu saja, akan sangat sulit bagi kita untuk mengetahui seluk beluk tubuh kita secara mendetail. Namun demikian, berusaha untuk memahami seluk beluk atau mekanisme tubuh secara umum, akan sangat membantu kita dalam memperlakukan tubuh secara bijaksana. Apabila kita memahami ilmu merawat tubuh, fisik kita pun akan lebih sehat dan optimal kinerjanya. Ada sejumlah ikhtiar yang dapat kita lakukan dalam merawat tubuh, di antaranya dengan berolahraga secara rutin, mengonsumsi makanan bergizi secara teratur dan proporsional, istirahat yang cukup, personal higiene yang baik, tercukupinya asupan udara yang bersih, dan lainnya.
Kedua adalah akal pikiran. Biasanya, kalau kita kurang ilmu, kurang membaca, otak kita menjadi kurang berkembang dan tum Apabila otak tumpul, yang akan dominan dalam diri kita adalah emosi (tepatnyakemarahan). Mengapa ada orang yang semakin tua semakin temperamen, pemarah? Karena tidak ada lagi yang dapat dikeluarkan dari otaknya selain sikap marah. Oleh karena itu, rawat dan percantik akal kita dengan ilmu yang bermanfaat. Kita harus memiliki motto, “Tiada hari tanpa membaca dan tiada hari tanpa bertanya”.
Ketiga adalah keimanan. Sifat iman itu turun naik, kadang di atas kadang di bawah sekali. Maka, syarat pertama untuk merawat iman adalah ilmu, karena pupuk iman adalah ilmu. Syarat kedua perawatan iman adalah pergaulan yang baik. Maka, rawatlah iman kita dengan mencari lingkungan dan teman yang baik. Syarat ketiga, rawat iman dengan memperbanyak amal saleh yang berlandaskan ilmu. Setiap kali mendapatkan ilmu, segera amalkan. Setiap kita mengamalkan suatu ilmu, niscaya Allah Ta’ala akan memberi kita tambahan ilmu yang baru.
Mutiara Kisah
Saudaraku, salah satu bagian dari keimanan adalah berusaha menjaga dan memelihara Al-Quran dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan membaca, menghapal, mentadabburi, mengamalkan, dan mengajarkannya. Bagaiman tidak, tiada nikmat terbesar yang diberikan Allah Al-Hafizh kepada orangorang beriman, selain ditanamkannya rasa cinta kepada Al-Quran di dalam dadanya. Maka, dia rela kehilangan apa saja asalkan keimanannya kepada Allah terjaga dan kecintaannya terhadap Al-Quran senantiasa terpelihara. Dia sangat ingin diakui sebagai bagian dari “keluarga Allah” sehingga dia senantiasa berusaha menjaga interaksi dengan Al-Quran, minimal dengan rutin membacanya, lebih jauh lagi berusaha menghapal dan memahami maknanya.
Oleh karena itu, teramat merugi orang-orang yang telah Allah berikan Al-Quran kepadanya, akan tetapi mereka tidak berusaha menjaga dan memeliharanya. Akibatnya, Al-Quran pun menjauh dari hidup mereka. Kisah berikut semoga bisa menjadi pelajaran agar kita bersungguhsungguh menjaga dan memelihara Al-Quran sebagai bagian dari upaya meneladani asma’ Allah Al-Hafizh.
Syaikh Muhammad Ya’qub menceritakan bahwa dirinya pernah duduk bersama seseorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian dia bercerita:
“Wahai Syaikh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghapal Al-Quran Al-Karim seluruhnya. Hal itu karena dahulu orangtuaku selalu memaksaku untuk menghapalnya sehingga akhirnya aku pun dapat menghapalkan nya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai Al-Quran sedikit pun. Lâ haula wa lâ quwwata ilâ billâh, justru yang aku rasakan Al-Quran adalah kesedihan bagi hatiku.
Aku seringkali berangan-angan agar aku bisa mengendarai mobil, kemudian aku dapat tinggal di villa dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan Al-Quran, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin…. aku ingin… aku ingin…!”
Kemudian laki-laki itu melanjutkan ceritanya, “Pada suatu malam, aku bermimpi. Aku melihat dalam mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang laki laki dan beliau mengambil Al-Quran dariku dengan kasar dan kuat.
Pada pagi harinya, aku tidak dapat mengingat Al-Quran walaupun satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikan ku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.
Demi Allah, demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat merasakan nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap Al-Quran. Sekarang wahai Syaikh, aku tidak mampu menghapal Al-Quran walaupun hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walaupun hanya satu ayat. Lâ haula wa lâ quwwata ilâ billâh.” (Hamdan Hamud Al-Hajiri, Agar Anak Mudah Menghapal Al-Quran, hlm. 166-167, Darus Sunnah) *
Tips Meneladani Al-Hafizh
. Jaga dan peliharalah semua anugerah dari Allah dengan sebaikbaiknya, semisal tubuh, pikiran, kesehatan, dan semua yang kita miliki, termasuk barang yang dititipkan yang kita pinjam dari orang lain, dan juga hati dari beragam penyakit, semisal sombong, dengki, riya, dan lainnya. Tentu, menjaga dan memelihara secara sempurna tidak mungkin dilakukan, akan tetapi lakukalah seoptimal yang kita bisa.
Hindarilah penyia-nyiaan (tadhyi’) sekecil apapun, semisal penyianyiaan terhadap harta, waktu, kesempatan, persaudaraan, dan apapun yang kita punya. Sesungguhnya, penyia-nyiaan termasuk mengkufuri nikmat dari Allah Ta’ala.
Senantiasa berlindung kepada Allah Ta’ala agar Dia berkenan memelihara urusan kita dan menjaga segala rahasia kita, lalu berpasrah diri atas jaminan pemeliharaan-Nya, termasuk mempercayakan jaminan rezeki kepada-Nya.
Doa
Bismika rabbi wa dha’tu dzambi, wa bika arfa’uhû, in amsakta nafsi farhamhâ, wa in arsaltahâ fah-fazh-hâ bimâ tahfazhu bihî ’ibâdakash-shâlihîn.
“Dengan nama-Mu wahai Tuhanku, aku letakkan badanku dan dengan nama-Mu aku angkat. Jika Engkau mengambil nyawaku maka
sayangilah dia, dan jika Engkau melepaskannya kembali, maka jagalah dia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang saleh”
Keterangan:
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian beranjak ke peraduan hendaknya mengibaskan ujung kain sarungnya pada tempat tidurnya. Sebab, dia tidak mengetahui apa yang terjadi setelah dia pergi. Kemudian membaca: bismika rabbi … (dan seterusnya).” (HR Al-Bukhari Muslim)
Percikan Hikmah
“Ketahuilah, siapa menjaga Allah Ta’ala ketika muda, niscaya Dia akan menjaganya ketika tua. Ketika tubuhnya sudah lemah, Allah Ta’ala akan memberikan kekuatan pada pendengaran, penglihatan, dan akalnya.” (Ibnu Rajab, Jamî’ul ‘Ulum wal Hikâm, 1/66, Dr. Ahmad Al-Jassar, Twit Ulama)
Tidak hanya itu, “Allah Ta’ala (pun) benar-benar akan menjaga hamba-Nya yang mukmin (yang selalu berusaha menjaga perintahNya) sebagaimana salah seorang di antara kalian menjaga orang yang sakit.” (Bakr bin Abdullah Al-Muzanni, dalam Az-Zuhud, Imam Ahmad bin Hanbal) Yayasan Bina Amal Semarang