Al Mujib - Yayasan Bina Amal Semarang

Al Mujib – Yayasan Bina Amal Semarang

AL-MUJIB Allah Yang Maha Mengabulkan Permohonan

”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah, 2:186)

”Sesungguhnya, Allah itu Maha Pemalu lagi Mahamulia. Dia malu apabila ada seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya sambil memohon kepada-Nya, Dia mengembalikannya dengan tangan hampa (Allah malu apabila tidak memberikan apa yang dimintanya).” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

“Jangan menuntut Allah karena terlambatnya permintaan yang telah engkau minta kepada-Nya, tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu, tuntut dirimu, supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu terhadap Allah, Rabbmu,” demikian ungkap Ibnu Atha’ilah dalam kitab Al-Hikâm.

Jadi saudaraku, jikalau kita mengenal Allah dengan baik, ka pasti tidak akan protes kepada Allah atas apapun yang telah Dia tetapkan untuk kita. Karena, Allah adalah pencipta kita, Allah yang memiliki din kita, dan Allah Mahatahu segala permasalahan dan keperluan kita,

Tanpa kita jelaskan kepada Allah, sesungguhnya Allah sudah mengetahui setiap persoalan dan kebutuhan kita. Karena permasalahan kita pun tidak akan ada kecuali Allah yang mengizinkan. Kita lapar, Allah yang menciptakan lapar. Dan, pada saat yang sama, Allah pula yang menciptakan rezeki berupa makanan. Kita tidak mengerti mengapa kita harun merasakan haus. Namun, Allah menciptakan haus itu dan sekaligus menciptakan air untuk memenuhinya. Allah menciptakan tubuh kita ini dengan 70 persennya merupakan air. Dan, Allah pun tahu kita tidak akan bisa bertahan lama jika hidup tanpa air. Memang, ada kalanya Allah mengizinkan tidak ada air untuk beberapa saat sehingga kita bisa bersabar dan menggali hikmah di balik ketiadaan air tersebut.

Ada kalanya pula dalam keadaan lapar, Allah menghendaki agar kita tidak langsung bertemu dengan makanan sehingga kita harus merasakan Tapar lebih lama. Namun, pasti ada hikmahnya. Boleh jadi supaya kita bisa lebih mensyukuri nikmat Allah, yang mana selama ini kita seringkali lupa jika makanan dengan mudah kita temukan.

Dengan ditundanya makanan, pada saat kita bertemu dengan makanan meski sedikit saja, rasanya akan lebih nikmat. Kalau terbiasa dengan makanan yang berlimpah, kita akan sangat kurang rasa syukurnya. Maka, untuk melatih kita pandai bersyukur, ditahanlah makanan oleh Allah dengan

Perhatikan pula organ tubuh kita. Mata kita berkedip secara spontan tanpa ada keterlambatan. Jantung kita berdegup memompa darah, juga tanpa keterlambatan. Paru-paru kita berfungsi memompa udara juga tanpa keterlambatan. Semua tepat pada waktunya dan teratur. Kita seringkali lupa pada hal hal seperti ini. Padahal, kita tidak pernah meminta kepada Allah supaya mata kita berkedip, jantung berdegup dan paru-paru bekerja tepat pada waktunya, akan tetapi semuanya beres karena Allah Mahatahu keperluan kita.

Oleh karena itu, jangan berburuk sangka kepada Allah jika ada permohonan atau kebutuhan yang kita rasa terlambat terpenuhi. Jangan kita buruk sangka kepada Allah jika suatu saat kita berdoa dan berusaha sekuat tenaga, tetapi harapan kita masih belum juga terwujud.

Ingatlah saudaraku, Allah adalah Al-Mujîb, Zat Yang Maha Mengabulkan permohonan. Artinya, tidaklah kita memohon kepadaNya, kecuali Dia akan mengabulkannya dengan pengabulan terbaik, baik itu caranya ataupun prosesnya.

Makna Asma’ Allah Al-Mujib

Al-Mujib adalah nama Allah yang artinya Dia Yang Maha Mengabulkan. Al-Mujib berasal dari akar kata ajâba yang berarti “menjawab” atau “jawaban”, yaitu membalas pertanyaan, permintaan atau semacamnya. Ada pula yang menyatakan bahwa kata ini awalnya bermakna “memotong”, seolah-olah memotong permintaan dengan pengabulan sebelum tuntasnya permintaan tersebut. Dalam Al-Quran, kata Al-Mujib hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS Hûd, 11:61. Adapun jamaknya, yaitu mujibun, tercantum dalam QS Ash-Shâffât, 37 ayat 75.

Allah adalah Zat yang akan mengabulkan setiap permohonan. Oleh karena itu, Dia menganjurkan setiap hamba untuk selalu berdoa kepadaNya. Hal ini terungkap dalam QS Al-Baqarah, 2:186, ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Boleh jadi, kita bertanya mengapa Allah memerintahkan kita untuk berdoa? Bukankah Dia sudah tahu kebutuhan dan harapan kita, lebih tahu daripada kita sendiri? Ada empat alasan mengapa Allah dan rasul-Nya memerintahkan kita untuk berdoa, bermunajat kepada-Nya.

Pertama, doa memperjelas kedudukan kita sebagai hamba dan Allah sebagai Al-Khâlik. Memahami hakikat diri sebagai hamba, akan menjadikan kita rendah hati. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas kehendak Allah. Ibnu Atha’illah berkata, “Hendaknya doa permintaanmu semata-mata untuk menunjukkan kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap kemuliaan Tuhanmu” Itulah mengapa, seorang pendoa yang baik akan terhindar dari sikap sombong, malas, dan bergantung selain kepada Allah.

Kedua, doa sebagai sarana zikir. Allah menyuruh kita berdoa agar kita ingat kepada-Nya. Sesungguhnya, ingat kepada Allah adalah rezeki yang tak ternilai harganya. Dengan mengingat Allah, hati kita akan tenang. Adapun ketenangan adalah kunci kebahagiaan.”(Yaitu) orangorang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang. (QS Ar-Ra’d, 13:28)

Ketiga, doa adalah target. Hidup manusia akan terarah apabila dia memiliki target dalam hidupnya. Doa, hakikatnya adalah tujuan, keinginan, atau target yang ingin kita raih. Saat kita mengucapkan doa sapu jagat misalnya, itulah target kita: selamat dunia akhirat. Saat kita berdoa lunas utang, itulah target kita: bebas utang. Tentu target tidak akan pernah tercapai apabila kita tidak mengusahakannya. Doa adalah pupuk, sedangkan ikhtiar sebagai bibitnya. Tidak mungkin kita akan panen, jika kita segan menebar bibit. Jadi doa yang baik adalah doa yang disertai dengan ikhtiar maksimal. Itulah iman dan amal saleh.

Keempat, doa adalah penyemangat. Pada saat seorang hamba berdoa, tentunya hamba tersebut memiliki harapan, dan harapan akan melahirkan semangat. Semangat itu mahal harganya. Sebab, semangat akan menentukan sukses tidaknya seseorang. Pertolongan Allah hanya akan mendatangi orang yang bersemangat; bersungguh-sungguh. Bukankah saat kita bersungguh-sungguh kepada Allah, Dia pun akan lebih bersungguhsungguh lagi kepada kita?

Spirit Al-Mujib: Menjadi Hamba Ahli Doa

Doa adalah saripatinya ibadah. Doa akan memperjelas posisi kita sebagai hamba dan Allah sebagai Rabb yang menciptakan. Semakin mantap posisi ini, akan semakin beruntung pula hidup kita. “Tiada daya dan kekuatan hanyalah karena Allah Yang Mahatinggi”. Oleh karena itu, doa akan membawa orang pada perubahan menjadi lebih baik. Apa ciri Seorang ahli doa?

Pertama, dia memiliki tujuan yang jelas dalam hidup. Doa adalah target kehidupan. Orang yang bagus doanya akan terprogram hidupnya. dia memiliki target dan perencanaan untuk memenuhi target tersebut. Sebab, ketika dia memohon sesuatu kepada Allah, dia pun akan dituntut untuk berikhtiar mendapatkan sesuatu tersebut. Konkretnya, ketika kita minta jodoh yang saleh misalnya, kita pun dituntut untuk memprogram dan merencanakannya, di antaranya membuat planning kapan kita menikah, apa yang harus dipersiapkan, di mana mencari jodoh dengan kriteria saleh tersebut, dan sebagainya. Maka, seorang ahli doa akan sangat perhatian dengan momen-momen ijabahnya doa. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memohon kepada Allah. Ketika turun hujan, berdoalah. Ketika akan, sedang, dan setelah turun dari kendaraan, bordoalah. Ketika berjalan, berdoalah. Dan, sebaik-baik doa adalah yang dicontohkan Al-Quran dan Rasulullah

Kedua, dia akan bersikap wara’. Seorang ahli doa tidak akan mau tersentuh barang haram. Sebab, dia tahu kalau doa akan terhalang ketika dalam tubuh kita terdapat barang haram. Rasulullah mengetahuan pernah menasihati Sa’ad bin Abi Waqqash, ketika itu Sa’ad meminta Rasulullah untuk mendoakannya agar menjadi orang yang doanya dikabulkan Allah Ta’ala. “Wahai Saad” sabda Nabi, “perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu serta riba (barang haram), maka neraka lebih layak baginya.” (HR Thabrani)

Ketiga, seorang ahli doa akan selalu berbaik sangka kepada Allah Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Tidak enak, pahit atau menyengsarakan adalah persepsi kita. Allah tidak akan memberi ujian, kecuali ada kebaikan di balik ujian tersebut. Ketika Allah tidak mengabulkan” doa kita, pasti ada yang lebih baik di balik tidak dikabulkannya doa tersebut. Hanya saja ilmu kita belum sampai pada hakikat tersebut. Maka, seorang ahli doa yang ditimpa berbagai ujian, dia akan selalu yakin bahwa apa yang ditetapkan Allah baginya, itu semata-mata buah cinta terindah dari-Nya, Dia sangat yakin bahwa:

Allah Ta’ala menimpakan cobaan agar dirinya sadar dan menjauh dari maksiat.

Allah Ta’ala menimpakan cobaan untuk menghapuskan dosa-dosa yang akan menyebabkan dirinya masuk neraka,

Allah Ta’ala menimpakan cobaan agar dirinya mengerti tabiat dunia, lalu merindukan surga dan bertemu dengan-Nya.

Allah Ta’ala menimpakan cobaan agar dirinya ridha dengan perbuatan dan hikmah-Nya.

Allah Ta’ala menimpakan cobaan agar dirinya selalu mengingat nikmat dari-Nya dan mensyukurinya. .

Allah Ta’ala menimpakan cobaan agar dirinya bisa masuk surga tanpa hisab dengan rahmat-Nya, “… sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS Az-Zumar, 39:10)

Allah Ta’ala menimpakan cobaan untuk mensucikan dirinya karena Dia sangat menginginkan semua hamba-Nya masuk surga dan terbebas dari neraka. Dia menimpakan sedikit cobaan, lalu mengubahnya menjadi nikmat.

Keempat, seorang ahli doa akan senang menolong dan tidak mempersulit orang lain. Dia tahu bahwa Allah akan menolong dan mempermudah urusan seorang hamba yang suka menolong dan mempermudah saudaranya. Yakinlah, semakin gemar kita menolong orang lain, akan semakin mudah pula doa kita dikabulkan. Seorang ahli doa sangat yakin dengan sabda dari Rasulullah . “Siapa melapangkan kesusahan (kesempitan) untuk seorang Mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan baginya kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada Hari Kiamat; dan siapa memudahkan kesukaran seseorang, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba yang suka menolong saudaranya.” (HR Muslim)

Kelima, seorang ahli doa akan fokus memperbaiki kualitas ibadahnya kepada Allah. Maka, dalam usaha meneladani Al-Mujib dengan menjadi ahli doa, kita jangan fokus pada permohonan, keinginan, yang belum dipenuhi oleh Allah on Hal terbaik adalah fokus pada kekurangan diri, pada keterlambatan kita untuk menunaikan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ketimbang fokus memikirkan mengapa Allah belum juga mengabulkan doa kita agar dimudahkan rezeki, dilunaskan utang piutang, dikarunia jodoh, dan hajat-hajat lainnya. Kita lebih baik sibuk memikirkan mengapa kita masih kesiangan shalat Subuh, mengapa kita masih saja lupa mensyukuri berbagai nikmat yang selama ini sudah Allah berikan kepada kita: nikmat udara yang melimpah, nikmat jantung yang masih terus berdegup, dan sebagainya.

Tidak masalah doa kita terlambat dikabulkan. Toh keterlambatan pun hanyalah pada penilaian kita saja sebagai makhluk. Hal yang menjadi masalah adalah jika kita terlambat shalat pada awal waktu, pelit sedekah, malas tilawah Al-Quran, terlambat menolong orang lain, berbuat dosanya banyak tetapi istighfarnya terlambat. Lebih baik ketika kita merasa ada yang telat dari Allah, segera kita periksa apa yang telat dari diri kita.

Allah Mahatahu kita memperbaiki diri. Allah Mahatahu kita menyegerakan istighfar dan tobat. Allah Mahatahu kita menyegerakan amal-amal saleh yang Dia cintai. Demi Allah, semua ini tidak akan sia-sia di hadapan-Nya. Allah akan membalas semua itu dengan kebaikan yang tiada pernah kita bayangkan. Bahkan, boleh jadi Allah membalasnya dengan berbagai kebaikan yang bahkan tidak kita sadari ternyata sudah kita terima.

Mutiara Kisah

Di dalam kitab Hilyatul Auliya, mahakarya ulama besar Abu Nu’aim AlAsbahanny, disebutkan sebuah kisah dari Sahm bin Munjab. Dia berkata, “Dalam peperangan di wilayah Darain-nama sebuah tempat di sekitar Bahrain, Al-Ala’ bin Al-Hadhrami hadir bersama kami. Pada waktu itu, AlAla’ memanjatkan tiga macam doa. Ketiga doa itu dikabulkan Allah Ta’ala.

Kemudian, kami berjalan bersama-sama, sehingga tiba di suatu tempat. Kami mencari air untuk berwudhu tetapi kami tidak mendapatkannya. Lalu, Al-Ala’ bin Al-Hadhrami berdiri untuk mengerjakan shalat dua rakaat kemudian berdoa, “Ya Allah, Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. Wahai Yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Sesungguhnya kami adalah hamba-hamba-Mu yang sedang dalam perjalanan untuk memerangi musuh-Mu. Turunkanlah hujan kepada kami agar kami dapat minum, juga berwudhu dari hadas. Jika kami telah meninggalkan tempat itu, janganlah ada seorang pun yang Engkau beri jatah dari air hujan itu. Belum jauh jarak perjalan yang kami tempuh, kami tiba di sebuah sungai deras yang airnya berasal dari air hujan. Dia berkata, “Kita berhenti di sungai ini dulu untuk minum.’

Aku mengisi bejanaku, lalu sengaja meninggalkannya di tempat itu. Aku berkata, “Aku akan lihat, apakah betul permohonannya dikabulkan?’

Kemudian, kami berjalan kurang lebih satu mil. Aku berkata kepada teman-temanku, “Aku lupa, bejanaku tidak terbawa. Aku kembali lagi ke tempat itu. Aku pun mendapati seolah-olah di sekitar daerah itu tidak pernah turun hujan. Selanjutnya, aku ambil bejanaku dan aku bawa serta.

Setelah kami sampai di Darain, kami mendapati di hadapan kami terbentang sungai yang menghalangi antara kami dan pasukan musuh. Ketika itu Al-Ala’ memanjatkan doa lagi, ‘Wahai Allah, Zat Yang Maha Mengetahui, Yang Mahalembut, Yang Mahatinggi, Yang Mahaagung. Sesungguhnya kami adalah hamba-hamba-Mu, kami dalam perjalanan memerangi musuh-Mu, bukalah jalan untuk kami menuju musuh-Mu.

Tidak terduga, kami dapat melewati sungai tersebut. Bahkan, kuda-kuda kami satu pun tidak basah terkena air sehingga kami dapat berhadapan dan menyerang musuh.

Setelah kami kembali dari peperangan, Al-Ala’ mengeluh sakit perut yang menyebabkannya meninggal dunia. Pada waktu itu, kami tidak mendapat air untuk memandikan jenazahnya. Kemudian kami kafani dengan baju yang dikenakan lalu kami kuburkan.

Tidak berapa lama dari perjalanan kami, kami mendapatkan mata air. Kemudian kami saling berkata, “Marilah kita balik ke tempat itu untuk mengeluarkan jenazah Al-Ala’ dan memandikannya. Kami semua kembali, menyusuri tempat dia dimakamkan. Ternyata, kami tidak mampu menemukan makamnya. Dengan demikian, kami gagal memandikan jenazahnya.

Kemudian ada seorang lak-laki berkata, “Aku pernah mendengar dia berdoa, Ya Allah, Zat Yang Maha Mengetahui, Mahasantun dan Mahaagung, sembunyikanlah jenazahku. Jangan Engkau perlihatkan auratku kepada seorang pun?

Lalu, kami kembali dan kami meninggalkan jasad Al-Ala’ yang telah dimakamkan di tempat itu.”

Tips Meneladani Al-Mujib

 Jangan pernah bosan untuk berdoa, memohon kepada-Nya. Sesungguhnya, doa bukan sekadar meminta agar hajat kita terkabul, doa pun adalah sebentuk ibadah yang sangat utama, lambang ketundukan, simbol kedekatan dan kecintaan, serta pengenalan yang baik kepada-Nya.

– Jangan berputus asa dalam berdoa. Allah Al-Mujîb pasti akan mengabulakn permohonan kita pada waktu yang tepat, dan dengan bentuk pengabulan yang terbaik dan paling sesuai untuk kita.

– Kala berdoa, yakinlah bahwa Allah Al-Mujib mendengar dan akan mengijabah doa kita. Ulangi dan ulangi terus doa kita tersebut. Jangan halangi ijabahnya doa denga aneka maksiat, makanan dan perbuatan haram, serta buruk sangka kita kepada-Nya.

– Mohonlah terlebih dahulu pengabulan-Nya, termasuk dengan memuji nama-Nya, sebelum permintaan kita haturkan kepad-Nya, kemudian tidak berlebihan pula dalam meminta.

– Menindaklanjuti doa dengan ikhtiar yang optimal. Sesungguhnya, Allah tidak akan mengibah nasib seseorang atau suatu kaum, kecuali mereka mengusahakan terjadinya perubahan tersebut pada dirinya.

– Gemar menolong dan mempermudah urusan orang lain. Termasuk di dalamnya menjawab dan mengabulkan permohonan orang lain terhadap diri kita, selama pengabulan itu baik baginya; tidak mendatangkan mudharat.

– Mengusahakan hadirnya sikap dermawan di dalam diri, sehingga tidaklah seorang fakir meminta kecuali kita bisa memberinya.

– Mengusahakan hadirnya kedalaman ilmu pengetahuan dan pengalaman, sehingga tidaklah seorang meminta pencerahan dan pemecahan atas suatu masalah, kecuali kita bisa membantunya.

Doa

Yayasan Bina Amal Semarang

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *